INTELNEWS.CO.ID, Luwu Utara — Buku “Rumah Peradaban Seko dan Rampi” secara resmi dilaunching atau diluncurkan, Kamis (26/12/2019), oleh Bupati Luwu Utara di Aula La Galigo Kantor Bupati. Buku ini lahir dari sebuah penelusuran dan penelitian panjang selama kurang lebih lima tahun dari Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Usai meluncurkan buku ini, Bupati Indah Putri Indriani tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Balai Arkeologi Sulsel karena menghadirkan Buku “Rumah Peradaban Seko dan Rampi” di tengah-tengah masyarakat Luwu Utara. Buku ini, kata dia, akan menjadi warisan yang tentunya tak akan lekang oleh ruang dan waktu. “Saya harap buku ini dapat disusun ulang untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat kita,” harap Indah.
Ia pun tak lupa meminta kepada stakeholder terkait untuk ikut andil membumikan buku ini agar menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi masyarakat Luwu Utara, khususnya para generasi yang akan datang. “Tugas kita membumikan buku ini supaya diketahui oleh seluruh masyarakat Luwu Utara, paling tidak anak-anak kita yang ada di sekolah,” ucapnya seraya berharap Dinas Pendidikan menjadi pendorong utama membumikan buku ini.
“Nanti kita coba kerjasamakan dengan Dinas Pendidikan. Saya kira ini akan menjadi legacy bagi kita semua. Sesuatu yang diabadikan dalam tulisan biasanya tak akan hilang ditelan zaman,” jelas Bupati penoreh sejarah di Pilkada Sulsel ini. “Terima kasih kepada Balai Arkeologi yang beberapa tahun terakhir perhatiannya cukup besar di Luwu Utara, khususnya dalam meneliti dan merangkai pengetahuan yang kemudian dibukukan ini,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Irfan Machmud, mengungkapkan bahwa proses pembuatan buku “Rumah Peradaban Seko dan Rampi” diawali pada 2014 lalu, di mana Balai Arkeologi mencoba menelusuri apa yang menjadi basic leluhur bangsa Indonesia yang ada di Luwu Utara. “Setelah kita penelitian lima tahun terakhir, ternyata Seko dan Rampi memberi banyak gambaran pengetahuan lokal yang ungul atau local genius,” kata Irfan.
Hal menarik lainnya yang diungkap Irfan Mahmud di hadapan para undangan yang hadir adalah bahwa dalam sebaran yang lebih luas di Kecamatan Seko dan Rampi, ternyata mempertemukan dua jalur leluhur bangsa Indonesia di Sulawesi, yaitu jalur barat dan jalur utara. “Nah, kalau Seko dan Rampi ini dijaga dalam tiga dimensi, tidak menutup kemungkinan akan tercipta jalur segitiga emas di Sulawesi. Tentu ini menjadi harapan kita,” tandasnya. (W2/LH)